WP, Asia Barat – Amerika Serikat masih terus mengacak-ngacak situasi kawasan Timur Tengah atau Asia Tengah. Kali ini AS melakukan serangan balasan pembuka di sejumlah lokasi di Irak dan Suriah, beberapa hari setelah 3 orang tentaranya tewas dihantam drone di Yordania akhir pekan lalu. AS menganggap milisi yang didukung Iran bertanggungjawab atas kematian prajuritnya.
Namun, pejabat milisi Irak pada hari Sabtu kemarin tidak terpancing dan cenderung meredakan ketegangan menyusul serangan balasan yang dilancarkan oleh Amerika Serikat terhadap puluhan lokasi di Irak dan Suriah yang digunakan oleh milisi yang didukung Iran dan Revolusioner Iran.
Dilaporkan AP, Hussein al-Mosawi, juru bicara Harakat al-Nujaba, salah satu milisi utama yang didukung Iran di Irak, dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press di Bagdad mengutuk serangan AS, dengan mengatakan bahwa Washington “harus memahami bahwa setiap tindakan menimbulkan reaksi.” Namun ia kemudian memberikan nada yang lebih damai, dengan mengatakan bahwa “kami tidak ingin meningkatkan atau memperluas ketegangan regional.” ujarnya dikutip dari AP (3/1/24).
Saat yang sama, media pemerintah Suriah melaporkan bahwa ada korban jiwa akibat serangan tersebut namun tidak menyebutkan jumlahnya. Rami Abdurrahman, yang memimpin Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris, mengatakan bahwa 23 orang tewas dalam serangan di Suriah, semuanya adalah pejuang biasa.
Juru bicara pemerintah Irak Bassim al-Awadi mengatakan dalam sebuah pernyataan hari Sabtu bahwa serangan di Irak dekat perbatasan Suriah menewaskan 16 orang, termasuk warga sipil, dan terjadi “kerusakan signifikan” pada rumah dan properti pribadi.
Ulah AS yang menyerang situs militer milisi di dalam teritorial Irak mendapat reaksi da pemerintah setempat. Kementerian Luar Negeri Irak mengumumkan pada hari Sabtu bahwa mereka akan memanggil kuasa usaha Kedutaan Besar AS – duta besarnya berada di luar negeri – untuk menyampaikan protes resmi atas serangan AS terhadap “situs militer dan sipil Irak.”
Dinyatakan AP, bahwa serangan udara tersebut merupakan salvo pembuka pembalasan AS atas serangan pesawat tak berawak yang menewaskan tiga tentara AS di Yordania akhir pekan lalu. AS menyalahkan hal ini pada Perlawanan Islam di Irak, sebuah koalisi milisi yang didukung Iran.
Iran menanggapi landai tuduhan AS, bahwa Iran telah berusaha menjauhkan diri dari konflik tersebut, dengan mengatakan bahwa milisi bertindak secara independen dan tidak tergantung pada arahannya.
Juru bicara Irak al-Awadi mengutuk serangan tersebut sebagai pelanggaran kedaulatan Irak, terutama karena beberapa di antaranya menargetkan fasilitas Pasukan Mobilisasi Penduduk. PMF, sebuah koalisi milisi yang didukung Iran, secara resmi berada di bawah payung angkatan bersenjata Irak setelah bergabung dalam perang melawan ISIS pada tahun 2014. (ap/la/ed-wp). **