WartaPressCom, Peristiwa – Kasus Marsinah, salah satu kasus pembunuhan aktivis yang paling keji, kontroversial dan “misterius” di masa Orde Baru.
Pada era 1990 an Marsinah adalah tokoh aktivis gerakan buruh asal Jawa Timur yang terkenal militan. Ia dan rekan seperjuangannya gencar memperjuangkan hak kaum buruh. Mengingat zaman itu rezim sangat kuat dan cenderung militeristik, maka Marsinah cs tergolong amat berani. Dan keberaniannya mengundang malapetaka.
Suatu hari, 8 Mei 1993, wanita pejuang hak buruh kelahiran Nganjuk ini ditemukan tewas di hutan dusun Jegong, Wilangan, setelah hilang 3 hari.
Visum penguasa menyatakan jasadnya penuh luka, dengan kemaluan rusak parah. Publik pun langsung heboh, siapa otak jahat pembunuh Marsinah?
Seorang pimpinan perusahaan PT. CPS Sidoarjo, berinisial JS lalu dituding sebagai “dalang” dibalik kematian tokoh buruh tersebut. Sejumlah orang ditangkap dan dinyatakan sebagai “pelaku”.
Pengacara JS menghadirkan dr. Abdul Mun’im Idries, Sp.F, sebagai saksi ahli yang meringankan tertuduh. Kesaksian inilah yang membuka wacana baru kasus Marsinah: ada potensi keterlibatan pihak lain! Visum dinilai janggal.
“Kamu gila, nekat ngelawan arus, hati-hati nyawa bisa melayang,” kata rekannya ketika dr. Mun’im menyanggupi untuk jadi saksi ahli kasus yang menarik perhatian publik ini.
Peringatan rekannya pada dr. Mun’im bisa dimengerti sebab kejujurannya sebagai dokter forensik profesional terkemuka dapat membuyarkan skenario dalang yang sesungguhnya. Tapi dr. Munim tidak gentar.
Dokter Mun’im menilai ada kejanggalan dalam kematian Marsinah. Visum RS menyebutkan wanita itu meninggal dunia akibat pendarahan dalam rongga perut. Menurut bukti-bukti di pengadilan, Marsinah diikat di dalam kamar majikannya, kemudian alat kelaminnya disodok oleh 3 orang pelaku.
Hal diatas ditentang oleh dr. Munim. Ia baca visumnya, area genital bersih dan hanya ada satu luka, 3 cm. Kejanggalan kian jelas ketika barang bukti yang digunakan menusuk kemaluan korban dihadirkan dipersidangan, ternyata lebih besar dari ukuran luka dalam tubuhnya.
Lalu, kekerasan macam apakah yang sesungguhnya menewaskan Marsinah? Dengan membaca fakta hasil visum dan analisis medis penyebab kematiannya, korban dibunuh dengan cara apa?
“…akibat luka tembak.” Jawab dr. Mun’im, sebagaimana ia kisahkan dalam sebuah sub bab bukunya yang berjudul: Indonesia X-Files; Mengungkap Fakta dari Kematian Bung Karno sampai Kematian Munir (Noura Books/2015).
Pernyataan dr. Munim menyentak banyak orang. Jadi, visum itu ada unsur rekayasa? Pelaku-pelaku itu cuma boneka? Motifnya bukan kriminal jalanan tapi politik? Tapi siapakah zaman itu yang berani membahas lebih jauh?
Hanya orang yang jeli akan paham pihak manakah yang menjadi “dalang asli” dalam kasus pembunuhan aktivis Marsinah. Bahwa visum, pelaku, barang bukti dan persidangan hanyalah proses yang nampak di permukaan.
Memang “geng pelaku” sudah diadili dan kasus ini sudah lama dilupakan. Namun, orang seperti dr. Mun’im sangat paham siapa dan bagaimana kasus ini berakhir. Ada cakar kuat yang bersembunyi di balik skema hukum.
Ya, mengutip ucapan sastrawan, dunia ini penuh sandiwara. Selamat Hari Buruh Internasional. (Red1/wp). **