WP, Tulungagung JATIM – Pemilu serentak 2024 kian dekat, sejumlah tokoh politik di Jawa Timur bersaing secara demokratis, meraih dukungan rakyat untuk melaju ke Senayan. Salah satunya, Dr. Ir. Heru Tjahjono, M.M., sosok yang tak asing lagi bagi masyarakat Jawa Timur.
Heru Tjahjono, tokoh asli Jatim ini, memiliki segudang pengalaman, terutama yang berhubungan dengan pelayanan publik. Ia pernah menjabat sebagai Bupati Tulungagung 2 periode yakni 2003–2008 dan 2008–2013.
Capaian karir yang diraihnya dijabatan publik ternyata tidak serta merta instan, melainkan dirintis dari bawah dan diperjuangkan sesuai aturan yang ada. Dari seorang Staff birokrasi di Pemda Tulungagung, Heru membuktikan dirinya profesional dan disiplin dalam menjalankan tugas, sehingga tiba saatnya meraih jabatan, dari Kasi, hingga menjadi Kepala Dinas di daerah tingkat II. Kepercayaan demi kepercayaan ia raih. Sebab fakta membuktikan bahw hasil kerjanya nyata dan bermanfaat bagi publik. Sehingga iapun dipercaya menjadi Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan di Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Lalu puncak karir birokrasinya, Heru Tjahjono menjadi Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur (2018-2022).
Setelah pensiun menjadi pejabat publik, Heru Tjahjono mendapatkan banyak dukungan agar tetap bisa memajukan daerah dan berkarya untuk rakyat. Akhirnya, Heru memantapkan pilihan dan langkahnya, menjadi calon anggota DPR RI dari Partai GOLKAR, daerah pemilihan (Dapil) JATIM VI: Kabupaten Tulungagung, Kota Blitar, Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan Kota Kediri. Dr. Ir. Heru Tjahjono, M.M., merupakan caleg DPR RI nomor urut 4 dari Partai Golkar.
Diketahui Dapil VI Jatim memiliki 9 kursi legislatif yang bakal direbut oleh sejumlah tokoh – tokoh politik terkemuka dan para incumbent dari partai-partai besar.
Namun ada hal menarik yang diungkapkan pengamat dan peneliti Warta Press Network, Afrians A. Kadha, S.Sos., M.AP., bahwa akan terjadi perubahan politik yang cukup siginifikan.
“Partai-partai Koalisi Indonesia Maju berpotensi meningkat suaranya. Selain karena jaringan Jokowi yang kuat citra nasionalisnya, berada dalam barisan ini, juga kompetitor KIM sedang kewalahan menghadapi perubahan politik dimana mereka sedang tidak siap,” kata Alumnus Pascasarjana FIA UB ini, pada media ini, Minggu (19/11).
Perubahan yang dimaksud adalah, arah dukungan Jokowi yang semula diyakini kuat akan ke Ganjar (GP), ternyata akhirnya justru ke Prabowo (PS). Katanya, ini menjadi hal yang luar bisa tak terduga dan selain menimbulkan reaksi juga akan terkonversi menjadi gelombang dukungan bagi partai seperti PG yang terkenal jago bermain di arena dinamika.
Disaat yang sama, kubu parpol yang berbeda haluan dengan arah politik Jokowi harus kerja lebih keras, dan fokusnya pada pilpres akan sangat prioritas, dan bisa jadi para calegnya akan mengalami kelelahan politik dan tidak fokus.
“Pada konteks tersebut, partai seperti PG yang matang pengalamannya, suaranya bisa naik merebut basis politik yang semula didominasi oleh beberapa parpol non KIM. Hal seperti itu bisa terjadi di Dapil VI Jatim,” tuturnya. (Red2/la-wp). **