(Foto: Pembangunan RUBUHA oleh Ngudi Utomo, tahun 2020 di Desa Mangunan, Udanawu, Kabupaten Blitar).
Warta Press ▪︎ Udanawu, Blitar – Hama Tikus sawah (Rattus argentiver) sudah lama menjadi sumber keresahan para petani di Desa Mangunan, Udanawu, Kabupaten Blitar. Hama Tikus ini merusak tanaman sehingga menurunkan hasil panen. Perkembangbiakan hama tikus sangat cepat dan menjadi masalah serius dalam sektor pertanian.
Melalui Kelompok Tani Ngudi Utomo para petani mencari solusi secara kolektif untuk memberantas hama Tikus. Mereka memutuskan untuk mendirikan Rumah Burung Hantu (Rubuha) pada tahun 2020. Alhasil, pelestarian Burung Hantu (Tyto alba) ini memperlihatkan hasil yang signifikan dalam pengendalian hama tikus dan menaikan produksi hasil panen.
“Kegiatan pembuatan rumah burung hantu (rubuha) merupakan salah satu upaya pelestarian burung hantu (Tyto alba) yang dimanfaatkan untuk menekan perkembangan hama tikus sawah agar produksi padi meningkat secara berkelanjutan. Burung Hantu adalah salah satu musuh alami tikus yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengendalikan populasi tikus.” (dikutip: cybex.pertanian.go.id; 19/03/23).
Saat berita ini ditulis (19/08/2023) Ngudi Utomo Udanawu Blitar memiliki Rubuha, atau masyarakat Magunan biasa menyebutnya pagupon di 5 titik yang tersebar di desa Mangunan. Rubuha berwarna putih ini berdiri menjulang tinggi di tengah area persawahan desa Mangunan. Tahun 2020, Ngudi Utomo juga mendapatkan bantuan dua ekor burung hantu dari Dinas Pertanian Kabupaten Blitar. Rubuha merupakan salah satu strategi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) untuk mengendalikan hama tikus dengan menggunakan predator alami yaitu Burung Hantu (Tyto Alba).
Khoirul Mudaib selaku pengurus Kelompok Tani Ngudi Utomo saat ditemui di Sekretariat oleh Tim Warta Press (18/03/23) menjelaskan meningkatnya hasil panen sesudah berdirinya Rubuha.
“Rubuha ini sangat membantu mengurangi hama tikus, lebih efektif daripada pemakaian racun tikus. Merajalelanya hama tikus ini dikarenakan siklus rantai makanan tidak terjaga. Sebelum ada Rubuha hasil panennya berkurang hanya 50% sekarang sudah meningkat. Harapannya metode rubuha ini bisa menjadi solusi untuk petani lain.” Jelasnya.
Kelompok Tani Ngudi Utomo didirikan pada tahun 2013 di desa Mangunan, Udanawu, Kabupaten Blitar. Tujuan didirikannya Ngudi Utomo ini adalah untuk menyalurkan bantuan pupuk subsidi. Ngudi Utomo adalah Kelompok Tani terbesar di desa Mangunan, Udanawu dengan jumlah 78 anggota. Petani Ngudi Utomo menghasilkan komoditas hasil panen seperti Padi, Jagung dan Cabe.
“Tujuan didirikannya Ngudi Utomo ini dulu untuk menyalurkan bantuan pupuk subsidi. Nah, tahun 2020 ada sub bidang ternak, konsepnya untuk mengantisipasi kelangkaan pupuk. Jadi, peternakan yang terintegrasi dengan pertanian. Limbah pertanian diolah jadi pakan ternak, limbah ternak diolah menjadi pupuk pertanian. Tapi, karena pandemi PMK, ternak milik anggota Ngudi Utomo habis. Populasi sapi berkurang drastis hingga 70% dan sekarang masih belum bisa bangkit lagi”, terang Khoirul Mudaib.
Kelompok Tani Ngudi Utomo tidak hanya menghasilkan komoditas pertanian namun juga bergerak di sektor peternakan. Mereka secara kolektif mengolah manual limbah ternak untuk dijadikan pupuk. “Kendalanya kita belum memiliki unit pengolahan Pupuk Organik (PUPO) jadi masih manual, harapannya adanya PUPO bisa sangat membantu.” Tambah Khoirul Mudaib.
Hama Tikus di Desa Magunan sekarang sudah tidak menjadi keresahan para Petani. Namun, karena curah hujan yang tinggi dan musim yang tidak menentu para petani ini mempunyai keresahan lain.
“Hama Tikus sudah tidak menjadi masalah para petani di sini. Kendalanya sekarang curah hujan tinggi, petani kesulitan menjemur padi. Jika ada program bantuan alat oven padi untuk petani Desa Mangunan hal itu sangat diharapkan. Kendala dalam penjemuran padi dapat diatasi dan Desa Mangunan dapat berkontribusi untuk ketahan pangan Indonesia.” terang Khoirul Mudaib. (Thareeq A.C/wp). **