WartaPress.Com, Kabupaten Blitar – Pria usia 31 tahun bernama Endar Muklisin, pemuda asal Desa Tawangsari, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar. Pria yang akrab disapa Mas Een ini gencar mengedukasi masyarakat tentang bahaya Ikan Red Devil melalui media sosial.
Red Devil tergolong ikan hama karena sifatnya yang agresif. Spesies ini sangat mengancam populasi keberadaan ikan lokal atau endemik bahkan sampai ke telur spesies ikan lain. Jika dibiarkan, populasi ikan asli atau endemik akan menurun bahkan bisa punah.
Teror Ikan Red Devil itu ternyata bukan hanya di Danau Toba. Populasinya kini mendominasi beberapa danau di Sumatra dan Jawa. Termasuk, di perairan air tawar kawasan Jawa Timur seperti Malang, Kediri, Blitar, dan Tulungagung. (01/07/2024).
Pada mulanya, ikan bernama latin Amphilophus Labiatus ini masuk ke Indonesia untuk dipelihara sebagai ikan hias. Sisiknya yang berwarna hijau keabu-abuan, merah muda, dan oranye, memang cocok jika ditaruh di akuarium. Namun, ketika dilepas ke alam liar, Red Devil menjadi ancaman bagi ekosistem air tawar.
Populasi “Setan Merah” yang tak terkendali itu mendorong pemancing asal Blitar melakukan gerakan pengendalian ekosistem. Aksi ini digagas Endar Muklisin, atau Mas Een.
“Dikarenakan jenis tangkapan ikan yang tidak sesuai harapan, suara saya mewakili teman” pemancing juga, bahwasanya kenapa saya sering boncos, akhirnya tercetuslah gagasan saya ingin memberantas hama ini dengan cara yang ramah lingkungan. ujar Mas Een
Dia juga menekankan kepada seluruh masyarakat bahwasanya untuk lebih peduli lingkungan, walaupun tidak berdampak secara langsung, menurutnya “selain sebagai konten kreator saya juga dulunya pegiat peduli lingkungan, yang ingin membuka mata masyarakat bahwasanya ekosistem perairan kita juga harus terjaga dengan baik, agar siapapun orang yang mengaksesnya untuk hiburan ataupun kebutuhan bisa terpenuhi sepenuhnya.” Ujar Mas Een.
“Sayangnya masyarakat kurang menerima edukasi terkait pengendalian hama ini, yang sampai akhirnya mengacu kepada budaya yang dilakukan, seperti setiap memancing dan mendapatkan ikan invasif itu, alih alih tidak mengurangi populasinya, tetapi seakan dengan sadar dilepaskan lagi karna bukan jenis konsumsi, ini lah yang harus menjadi perhatian khusus.” kata Mas Een. (Hk/wp). **