Scroll ke bawah untuk membaca
Example floating
Example floating
BeritaWarta Publik

Menjaga Tradisi Megengan Setiap Awal Bulan Ramadhan

366
×

Menjaga Tradisi Megengan Setiap Awal Bulan Ramadhan

Sebarkan artikel ini

WartaPress, Udanawu, Blitar – Rabu (22/03/23) malam, masyarakat desa Mangunan, Udanawu, Kabupaten Blitar tampak berbondong – bondong membawa takir menuju Masjid Baitussalam. Mereka akan melaksanakan tradisi yang diperingati setiap awal bulan ramadhan, tepatnya saat malam pertama bulan ramadhan, yaitu Kenduri Megengan.

Masjid Baitussalam tampak penuh dihadiri kepala dusun, tokoh agama, takmir masjid dan jama’ah sekitar masjid. Dengan takir yang dikumpulkan di tengah masyarakat Desa Mangunan terlihat anak – anak sampai orang dewasa tampak berbahagia menyambut bulan suci Ramadhan 1444 H yang telah ditetapkan pemerintah (22/03/23) jatuh pada esok harinya Kamis (23/03/23).

Kegiatan tradisi Kenduri Megengan ini dilaksanakan setelah maghrib berjamaah. Selesai kenduri dilanjutkan sholat isya berjamaah dan dilanjutkan sholat tarawih berjamaah. Masyarakat Desa Mangunan terutama jama’ah Masjid Baitussalam tampaknya tidak pernah absen dalam menjaga tradisi kenduri megengan setiap awal bulan Ramadhan.

Baca Juga:  Budaya Indramayu Ditampilkan dalam Karnaval di kota Malang

Kegiatan megengan ini diisi dengan tahlilan dan tawasul mendoakan leluhur sebagai rasa bakti terhadap orang tua dan leluhur yang telah meninggal agar diampuni segala dosa dan mendapatka tempat yang layak.
Megengan sendiri dalam bahasa jawa berasal dari kata megeng yang berarti menahan diri.

Hubungan megengan sebagai tradisi menyambut bulan Ramadhan mengandung pendidikan nilai tentang aspek spiritual berkenaan tentang ajaran untuk menahan hawa nafsu. Selama bulan ramadhan hawa nafsu seperti makan dan minum harus dikendalikan.

Baca Juga:  Lebih Aman, Sertifikat Tanah Elektronik Resmi Diluncurkan

Kue Apem menjadi ciri khas dari tradisi kenduri megengan. Kata apem berasal dari bahasa Arab al-afw (apem) memiliki makna memohon ampun. Makna kue apem dalam tradisi megengan apabila dielaborasikan dengan konteks hidup bermasyarakat berarti diantara manusia harus saling memaafkan.

Megengan memiliki hubungan dengan ajaran tentang sedekah. Melalui takir yang dibagikan dapat menjaga hubungan baik dengan tetangga, saling tolong menolong, saling menghargai, dan saling menghormati. Sikap menghormati antar tetangga ini merupakan manifestasi dari toleransi sekaligus meminimalisir konflik.

“Megengan memiliki tujuan untuk mendoakan diri kita sendiri agar dalam menjalan ibadah puasa bisa menahan diri dari perbuatan yang dapat membatalkannya. Selain itu juga meningkatkan semangat ibadah dengan menambah amalan – amalan sunah,” Terang Khoirul Mudaib selaku takmir Masjid Baitussalam.

Baca Juga:  UB Sabet Juara Umum dalam Ajang Mandalika Essay Competition 2023

Dengan kenduri megengan ini diharapkan masyarkat menjalankan ibadah puasa dengan keadaan hati yang benar bersih, sehingga lebih kushyuk dalam menjalan ibadah.

“Megengan merupakan contoh konkrit akulturasi budaya, menunjukkan bahwa agama dan budaya bisa berjalan beriringan tanpa harus bersinggungan dan berbenturan satu sama lain,” Pungkas Khoirul Mudaib yang juga alumni HMI. (Thareeq AC/ wp). **

Referensi: Tricahyono, Danan. 2021. Tradisi Megangan dan Muatan Tradisi Nilai Sebagai Enrichment dalam pembelajaran Sejarah di Kabupaten Trenggalek. Indonesian Journal of Social Science Education Vol 3 No 1.

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *