Oleh: Rahmarsa Fauzia (Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya)
Otak manusia adalah organ yang luar biasa, memiliki kemampuan untuk berubah dan beradaptasi sepanjang kehidupan. Kemampuan ini disebut neuroplastisitas, dan ini adalah fitur penting dari sistem saraf manusia yang memungkinkan kita untuk mempelajari hal-hal baru, mengatasi cedera otak, dan beradaptasi dengan perubahan dalam lingkungan kita. Neuroplastisitas telah menjadi subjek penelitian yang semakin penting dalam ilmu saraf dan psikologi, karena pemahaman lebih dalam tentang kemampuan otak untuk berubah memiliki dampak besar pada pemulihan medis, rehabilitasi, pendidikan, dan bahkan perbaikan kualitas hidup.
Neuroplastisitas merupakan fitur penting dari otak manusia yang memungkinkan kita untuk memproses informasi, mempelajari hal-hal baru, dan beradaptasi dengan perubahan. Ini juga merupakan dasar dari pembelajaran dan pemulihan pasca-cedera otak. Terdapat dua jenis neuroplastisitas utama:
1. Neuroplastisitas Struktural: Kemampuan otak untuk mengubah struktur fisiknya termasuk perubahan jumlah dan jenis sinapsis (hubungan antara neuron), pertumbuhan dan cabang dendrit, dan perubahan ukuran dan bentuk neuron. Ini terjadi dalam berbagai situasi, seperti pembelajaran, adaptasi terhadap perubahan lingkungan, atau pemulihan setelah cedera otak.
2. Neuroplastisitas Fungsional: Kemampuan otak untuk mengubah jalur komunikasi dan aktivasi neuron, yang berarti otak dapat mengubah fungsi dari satu area ke area lain sebagai respons terhadap perubahan tugas atau tuntutan lingkungan. Pembelajaran, adaptasi terhadap kondisi, dan peningkatan kinerja adalah beberapa contoh neuroplastisitas fungsional.
Ingatlah bahwa neuroplastisitas tidak terbatas pada tahap perkembangan awal kehidupan. Neuroplasticitas berlangsung sepanjang hidup, meskipun otak anak-anak lebih plastis daripada otak orang dewasa. Ini menunjukkan bahwa otak kita memiliki kemampuan untuk mengubah dan menyesuaikan diri sepanjang waktu, dan kita dapat memanfaatkannya dalam berbagai situasi dan usia.
Ada banyak proses kompleks yang terjadi dalam otak selama proses neuroplastisitas. Neuroplastisitas melibatkan beberapa proses utama:
1. Pengaktifan Sinapsis: Sinapsis (hubungan antara neuron) di otak kita aktif saat kita mengalami pengalaman baru atau belajar sesuatu. Aktivitas ini merupakan dasar dari pembelajaran dan perubahan otak.
2. Perubahan Konektivitas: Dalam proses neuronoplastisitas, konektivitas neuron dapat berubah. Ini dapat mencakup pembentukan sinapsis baru, perubahan kekuatan sinapsis, atau bahkan penghapusan sinapsis yang tidak lagi diperlukan.
3. Pertumbuhan Dendrit dan Soma: Dalam respons terhadap pengalaman, dendrit, cabang neuron yang menerima sinyal dari neuron lain, dapat tumbuh dan berkembang. Ini dapat meningkatkan kemampuan neuron untuk menerima sinyal.
4. Reorganisasi Fungsional: Neuroplastisitas fungsional memungkinkan area otak tertentu untuk mengubah peran dan fungsinya. Misalnya, area otak yang awalnya dikhususkan untuk pemrosesan visual mungkin berubah untuk menangani suara saat seseorang belajar bahasa isyarat.
Sangat luar biasa, otak manusia dapat berkembang dan menyesuaikan diri dengan hal-hal baru. Neuroplastisitas adalah proses yang memungkinkan neuron untuk mengatur ulang dan membentuk koneksi saraf baru. Perubahan ini terjadi saat seseorang mengalami pengalaman baru dalam hidupnya, dan dapat disebabkan oleh perubahan yang mereka alami. Pengalaman belajar, pengalaman hidup, dan lingkungan dapat mengubah otak karena pengaruh mereka pada sifat neuroplastisitas.
Pembelajaran dan pendidikan adalah salah satu contoh bagaimana neuroplastisitas memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Kemampuan otak untuk beradaptasi dan berubah sangat penting untuk pembelajaran. Ini berarti bahwa orang dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru sepanjang hidup mereka. Hasil pembelajaran dapat ditingkatkan dengan program pendidikan yang menggunakan Neuroplastisitas.
Guru dan pengajar dapat memanfaatkan kemampuan otak untuk berubah untuk meningkatkan metode pengajaran. Ini termasuk memanfaatkan konsep Neuroplastisitas untuk merancang kurikulum yang lebih efektif, mengindentifikasi gaya belejar siswa, dan menyediakan pengalaman belajar yang beragam. Dengan memahami bahwa otang terus berubah, pendekatan Pendidikan dapat berfokus pada pengembangan keterampilan, bukan hanya pada pengetahuan factual.
Kemampuan otak untuk berubah dan beradaptasi seiring dengan pengalaman baru. Otak manusia memiliki kemampuan yang sangat hebat, yang memungkinkan mereka untuk berubah dan menyesuaikan diri dengan hal-hal baru. Neuroplastisitas terjadi dalam berbagai tingkat, mulai dari perubahan seluler yang terlibat dalam pembelajaran, hingga perubahan berskala besar yang terlibat dalam pemetaan ulang kortikal sebagai tanggapan luka.
Kemampuan otak untuk berubah dan beradaptasi adalah dasar dari pembelajaran. Ini berarti bahwa individu dapat terus memperoleh pengetahuan dan ketarampilan baru sepanjang hidup mereka Pendidikan dan metode pembelajaran yang memanfaatkan Neuroplastisitas dapat meningkatkan hasil pembelajaran.
Otak berada di bawah pengalaman belajar dan pengalaman hidup serta lingkungan, dan pengalaman ini dapat mengubah otak karena pengaruh mereka pada sifat Neuroplastisitas. Pendidikan, pengalaman hidup, dan lingkungan mampu mengubah otak karena pengaruh mereka pada sifat ini. Psikoterapi sebagai contoh, berpeluang besar mengubah gangguan perilaku, juga berdasarkan sifat Neuroplastisitas ini. **
Referensi
Andayani, P. N. (2023, 11 6). Neuroplastisitas: Kekuatan Otak untuk Berubah dan Beradaptasi . Retrieved from Literacy Notes: https://liternote.com/index.php/ln/article/view/7
Mengupas Dampak Belajar pada Otak: Neuroplastisitas, Perubahan Kognitif, dan Peningkatan Kemanpuan. (2023, Agustus 23). Retrieved from Catatan aPena: https://www.catatanpena.org/2023/08/29/mengupas-dampak-belajar-pada-otak-neuroplastisitas-perubahan-kognitif-dan-peningkatan-kemampuan/