WartaPress, Nabire PPT – Budaya, kearifan lokal dan keanekaragaman suku merupakan kekayaan yang dimiliki bangsa kita, yang hendaknya dijaga dan dirawat bersama-sama. Hal ini disampaikan oleh tokoh masyarakat Papua Tengah, Dr. Yuni Wonda, S.Sos., S.IP., M.M.
“Dalam perjalanan sejarah Papua Tengah, kita menyaksikan panggung kehidupan yang dipenuhi dengan keberagaman suku dan kekayaan budaya,” ujar Yuni Wonda, yang juga mantan Bupati Puncak Jaya (periode 2017-2022) kepada media ini, pada Senin (29/4).
Tokoh yang merupakan Ketua DPD PDI Perjuangan Papua Tengah ini menjelaskan, bahwa meskipun cobaan konflik antarsuku menimbulkan bayangan yang menggelapkan, namun saat ini adalah waktu bagi kita untuk menemukan jalan bersama menuju perdamaian yang inklusif.
Seperti diketahui bersama, pada tanggal 30 Juni 2022, melalui Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2022, Papua Tengah diresmikan sebagai provinsi baru, terpisah dari Provinsi Papua, bersama Papua Pegunungan dan Papua Selatan. Dengan ibu kota yang berada di Nabire, Papua Tengah memulai babak baru dalam sejarahnya dengan semangat kesatuan dalam keragaman.
Disampaikan juga, berbagai suku yang mendiami Papua Tengah, dari Nabire hingga Deiyai, menyajikan kekayaan budaya dan alam yang menakjubkan. Dari pesona Taman Nasional Teluk Cenderawasih di Nabire hingga kehijauan dan kedamaian Danau Paniai, setiap kabupaten memiliki cerita dan keindahan uniknya sendiri.
Namun, katanya lagi, apabila terjadi konflik antarsuku, akan menghalangi potensi harmoni dan kemajuan yang telah tertanam kuat di masyarakat. “Saat ini, panggilan bersatu bergema, meminta partisipasi setiap elemen masyarakat,” ujar Dr. Yuni Wonda.
Diharapkan agar tokoh adat, pemuda, mahasiswa, dan tokoh masyarakat, dan semuanya bersatu dalam semangat kebhinnekaan membangun jembatan yang kokoh menuju perdamaian yang diidamkan bersama.
“Harus diakui bahwa kekuatan sejati terletak pada kesatuan, dan dalam kerangka kebhinnekaan, perbedaan diubah menjadi kekuatan,” tambahnya lagi. Di bawah sinar terang persatuan, Papua Tengah bersiap untuk menatap masa depan yang cerah, di mana perdamaian, kemakmuran, dan kebahagiaan menjadi hak bagi setiap warga, tidak terkecuali.
Yuni Wonda juga menyampaikan bahwa panggilan untuk tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi oleh perpecahan adalah suatu keharusan bagi kita semua. Dalam momentum ini, panggilan bersatu terdengar semakin jelas di antara suara-suara yang saling berseteru. “Kita tidak boleh lagi terjebak dalam siklus konflik yang merusak masa depan kita bersama,” lanjutnya dengan penuh semangat.
“Saatnya Papua Tengah bersatu dalam keberagaman, membawa cahaya perdamaian dan harapan bagi setiap warga di wilayah ini.” Pungkasnya. (Rls/aak/wp). **