WartaPress, Malang JATIM – Adanya dualisme KNPI Kabupaten Malang, yaitu kubu Ketum Haris Pertama di bawah Ketua Husnul Hakim dan kubu Ketum M. Ryano Panjaitan di bawah nahkoda Ketua Zulham, mendapat tanggapan beragam.
Kali ini apresiasi positif datang dari inisiator Komunitas Milenial Mbois, Pita Puspita Saraswati. Cewek yang juga aktif di Kolaborasi Gen-Z Indonesia ini menilai status dualisme itu tidak selamanya buruk sepanjang dipahami sebagai bagian dari dinamika, bukan konflik.
“Ibarat kereta api, beda gerbong tapi satu rangkaian potensi pemuda yang tujuannya sama. Nggak ada sekat, masing-masing dapat saling berinteraksi. Iya kan?” kata mahasiswi salah satu perguruan tinggi swasta yang kerab disapa Saras ini, pada Selasa (20/6/23).
Menurutnya, cara pemuda di KNPI menjaga teladan berorganisasi adalah dengan saling pengertian dan menghargai satu sama lain. Masing-masing dapat membudayakan sinergi dan kolaborasi sebagai salah satu bentuk gotong royong di era milenial dan gen-Z ini.
Saat ditanya bagaimana kondisi pasca Musda KNPI Husnul, Saras yakin sudah clear dan tidak ada masalah, “kan sudah ada pernyataan di media kalau semua pihak saling menjaga hubungan baik,” jawabnya.
Sebagai pemudi asli Kabupaten Malang, Saras mengaku ikut bangga dengan cara pemuda menyikapi dualisme wadah berhimpun OKP terbesar di Kabupaten Malang tersebut.
Dalam perjalanannya, menurut pengamatan Saras, KNPI ternyata semakin eksis dalam program untuk pemuda, partisipasi pembangunan dan masa depan.
“Mungkin KNPI daerah lain harus belajar ke Kabupaten Malang, pasti nggak ada masalah. Buat apa juga ribut karena perbedaan. Kan bisa berkompetisi dalam bentuk ide dan program. Saya sih bilangnya perbedaan itu bonus demokrasi,” tambahnya.
Pemuda Kabupaten Malang, katanya, dapat mengambil peran pada setiap sektor mulai dari ruang ide, mimbar gerakan, edukasi generasi, hingga berkarya di era digital, AI dan society 5.0 ini. (Red2/ed-wp). **