WP, Washington (Berita:AP) — Pihak intelijen resmi AS mengakui, pada kasus tertentu Iran melakukan “perang cyber” melalui platform media sosial anonim, yang mempengaruhi persepsi masyarakat pengguna medsos. Contoh terbaru pada kasus keributan luas terkait gelombang aksi yang dinilainya menjurus pada gerakan anti semit. Aksi tersebut tak lepas dari ulah propaganda siber Iran yang berkedok solidaritas kemanusiaan, yang berhasil memancing reaksi mahasiswa di negara Paman Sam tersebut.
Aksi demonstrasi mahasiswa yang pro Palestina yang meluas di sejumlah kampus di Amerika Serikat beberapa bulan lalu, dinilai kalangan intelijen AS tidak murni gerakan moral yang bebas intervensi. Melainkan dipicu oleh provokasi Iran memanfaatkan algoritma media sosial yang menyasar akun-akun mahasiswa. Tujuannya antara lain untuk ganggu konsentrasi pemilu negara adidaya tersebut.
Diulas di portal AP, bahwa ada keterlibatan pihak Iran. Katanya, Pemerintah Iran secara diam-diam mendorong protes kampus Amerika atas perang Israel melawan Hamas di Gaza dalam upaya untuk memicu kemarahan menjelang pemilu musim gugur, kata pejabat intelijen tinggi negara itu.
Dengan menggunakan platform media sosial yang populer di AS, kelompok-kelompok yang terkait dengan Teheran telah menyamar sebagai aktivis daring, mendorong protes kampus dan telah memberikan dukungan finansial kepada beberapa kelompok protes, kata Direktur Intelijen Nasional Avril Haines dalam sebuah pernyataan.
“Iran menjadi semakin agresif dalam upaya pengaruh asing mereka, berusaha memicu perselisihan dan merusak kepercayaan pada lembaga demokrasi kita,” kata Haines sebagaimana dikutip AP, pada Rabu.
Pejabat tinggi intelijen AS mengatakan kasus di atas merupakan bukti terbaru bahwa musuh Amerika memanfaatkan internet untuk merusak situasi dalam negeri dan memperlebar perpecahan politik menjelang pemilu.
Sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan penting untuk memperingatkan warga Amerika agar membantu mereka “mewaspadai upaya kekuatan asing untuk mengambil keuntungan dari atau menguasai aktivitas protes mereka yang sah.”
Ia juga memperingatkan Iran bahwa “campur tangan dalam politik kami dan berusaha memicu perpecahan adalah hal yang tidak dapat diterima.” lapor portal global AP.
Pejabat AS mengakui bahwa aksi demonstrasi terkait Gaza merupakan hak warga negara untuk mengekspresikan kebebasannya berpendapat, namun “Warga Amerika yang menjadi sasaran kampanye Iran ini mungkin tidak menyadari bahwa mereka berinteraksi dengan atau menerima dukungan dari pemerintah asing,” kata Haines.
Masih menurut pihak AS, bahwa Iran bukan satu-satunya negara yang berupaya memengaruhi wacana Amerika menjelang pemilu 2024. “Dalam jumpa pers dengan wartawan hari Selasa, pejabat intelijen mengatakan musuh Amerika akan berupaya memanfaatkan kecerdasan buatan terbaru untuk memperluas jangkauan dan penetrasi misinformasi pemilu secara drastis,” tulis AP. (Red2/wp). **
Foto: ilustrasi dari Techopedia