(Penulis: Martinus Minipko / Papua Selatan)
Warta Press, Jejak Sejarah – Tempat pengasingan Boven Digoel (Boven Digoel Concentration Camp) yang melegenda dalam sejarah lama, terletak di tepi hilir sungai Digul, yang secara geografis saat ini termasuk wilayah Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua Selatan.
Berdasarkan catatan Ensiklopedia Indonesia, disebutkan, Digul atau Digul Atas (Belanda: Boven Digoel) jilid 4, merupakan tempat yang ekstrim dan sangat terasing dari dunia luar. Luas wilayah penjara alam yang didirikan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda ialah hampir 10.000 hektar luas kawasan nya.
Boven Digoel adalah tempat pembuangan/ pengasingan/ hukuman bagi orang-orang yang dianggap membahayakan pemerintah kolonial Belanda, pemberontakan PKI tahun 1926 dan 1927.
Kamp konsentrasi Boven Digoel didirikan oleh militer Belanda dibawah pimpinan Kapten L. Th. Becking pada awal tahun 1927.
Tercatat sejumlah tokoh nasional pernah diasingkan ke penjara alam – Boven Digoel, seperti; Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir. Kedua tokoh pergerakan nasional itu dibuang dilokasi itu pada 28 Januari 1935. Pemerintah kolonial Belanda menganggap mereka membangkang atau membahayakan kepentingan kolonial.
Selain Hatta dan Sjahrir, ada juga para pejuang-pejuang pergerakan lainnya yang dibuang ke Digoel, diantaranya Mohamad Bondan, Maskun, Burhanuddin, Suka Sumitro, Moerwoto, Ali Archam dan sejumlah pejuang lainnya. Berdasarkan informasi sejarah yang dihimpun, penjara alam Boven Digoel adalah tempat pembuangan yang paling menyeramkan.
Digoel jauh dari mana pun, hanya dengan jalur udara untuk mengakses lokasi tersebut. Digoel semakin mengerikan lantaran banyak nyamuk malaria yang ganas. Sungai digul memiliki panjang 525 kilometer. Selain panjang, juga banyak terdapat buaya di sungai Digul.
Perjalan ke Digoel tidak lah mudah. Perjalan melalui jalur udara yakni dari Jayapura – Tanah Merah, ataupun melalui jalur darat dari Merauke dengan membutuhkan waktu sekitar 6 jam, menggunakan mobil.
Di atas pesawat sebelum tiba di bandara udara Tanah Merah, akan tertampil hutan rimba dan liuk nya sungai Digul. Tak jauh dari bandara Tanah Merah, terdapat satu patung besar, yakni patung bung Hatta.
Dibelakang patung Bung Hatta terdapat kantor Polres Boven Digoel. Di sebelah Polres terdapat bangunan penjara lama atau penjara alam yang pernah bung Hatta di tahan.
Bagian bawah patung bung Hatta terdapat tulisan, yakni “kemana kita dibawa oleh nasib, kemana kita dibuang oleh yang berkuasa, tiap-tiap bidang tanah dalam Indonesia ini, itulah juga tanah air kita. Di atas segala lapangan tanah air aku hidup, aku gembira. Dan dimana kakiku menginjak bumi Indonesia, di sanalah tumbuh bibit cita-cita yang tersimpan dalam dadaku”. (MartinusM/ed-wp) **