WartaPress, Bolivia – Gejolak protes terhadap pemerintah meluas di Bolivia. Sebagai tanggapan pihak penerintah yang lagi dipimpin rezim Luiz Arce mengerahkan militer dan polisi jumlah besar menghadapi aksi demo. Bukannya membuka dialog, pihak rezim justru cenderung represif.
Mantan Presiden Bolivia Evo Morales memimpin gerakan tersebut mengecan sikap pemerintahan Arce. Morales merupakan tokoh kiri dan berasal dari suku Aymara dan dilantik menjadi presiden pada tanggal 22 Januari 2006. Ia dikenal sangat kritis terhadap Amerika Serikat dan Barat pada umumnya. Presiden Bolivia yang berkuasa saat ini dikenal dekat dengan AS. Sebaliknya Evo dekat dengan Presiden Venezuela Nicolas Maduro hingga Pemimpin Rusia Vladimir Putin.
“Las y los revolucionarios no se rinden ni claudican. Nos mantendremos firmes en la defensa de mejores días para nuestra Patria y demandamos la inmediata liberación de los compañeros y compañeras injustamente aprehendidos durante la jornada de protesta, ” Tulisnya melalui akun x @evoespueblo, pada Sabtu.
Kaum revolusioner, katanya, tidak menyerah atau tunduk. “Kami akan tetap teguh membela hari-hari yang lebih baik bagi negara kami dan kami menuntut pembebasan segera kawan-kawan yang ditangkap secara tidak adil pada hari saat protes, ” ujarnya.
Evo Morales juga menegaskan tidak ingin ada pertumpahan darah. Ia ingin solusi damai, membangun dialog dengan melibatkan pihak internasional.
Para loyalis Evo Morales yang marah melawan dengan menyerbu barak militer di sejumlah daerah, seperti di provinsi Chapare, Bolivia tengah dan menyandera sekitar 20 tentara. Insiden ini menandai peningkatan dramatis dalam pertikaian massa pro-Morales dengan pemerintah negara tersebut. (Red2/wp). **