Oleh: Syaifudin Zuhri, S.Pd
Setiap tanggal 1 Juni, bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila, sebuah momentum historis yang tidak bisa dilepaskan dari sosok proklamator kita, Ir. Soekarno. Pada tanggal tersebut tahun 1945, Soekarno dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) menyampaikan pidato monumental yang pertama kali menggagas lima prinsip dasar negara yang kemudian dikenal sebagai Pancasila.
Pidato Soekarno bukan sekadar rangkaian kata, tetapi buah dari perjuangan panjang melawan kolonialisme dan kegelisahan mendalam tentang masa depan Indonesia yang plural. Dalam pidatonya, Soekarno menawarkan Pancasila sebagai dasar ideologis yang mampu merangkul seluruh elemen bangsa, dari berbagai suku, agama, hingga kelas sosial.
Gagasan Soekarno lahir dari perjumpaan antara intelektualitas dan realitas rakyat. Ia menyerap nilai-nilai dari bumi Indonesia, dari tradisi gotong royong di desa-desa, hingga nilai-nilai keadilan sosial yang hidup dalam denyut perjuangan rakyat kecil. Bahkan, dalam buku “Di Bawah Bendera Revolusi”, Soekarno menegaskan bahwa perjuangan kemerdekaan bukan semata-mata mengganti kekuasaan kolonial, tetapi meletakkan dasar bagi masyarakat adil dan makmur dan itu terwujud dalam Pancasila.
Di tengah krisis identitas dan meningkatnya polarisasi saat ini, momen 1 Juni seharusnya menjadi pengingat bahwa Indonesia dibangun bukan atas dasar satu golongan, tetapi oleh semangat persatuan yang kuat. Soekarno dalam pidatonya telah mengantisipasi bahwa Indonesia tidak bisa dibangun hanya oleh kaum nasionalis atau religius semata, melainkan oleh sintesis dari keduanya.
Kini saat kita menghadapi tantangan globalisasi, disrupsi teknologi, dan krisis moral, semangat Pancasila perlu diaktualisasikan. Bukan hanya sebagai simbol di dinding-dinding sekolah atau upacara formalitas semata, tetapi sebagai nilai hidup yang dibumikan dalam praktik sosial dari pengambilan kebijakan publik hingga perilaku warga negara di ruang digital.
Pancasila bukan warisan masa lalu, tetapi bekal masa depan. Dengan mengingat perjuangan Soekarno, kita diajak untuk tidak hanya mengenang, tetapi meneladani: menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup dan dasar berpikir, bersikap, dan bertindak. **
Referensi:
1. Soekarno, *Pidato 1 Juni 1945* dalam Sidang BPUPKI.
2. Soekarno, *Di Bawah Bendera Revolusi*, Jilid I, Panitya Penerbit, 1964.
3. Asvi Warman Adam (2006), *Soekarno: Memerdekakan Indonesia*, Gramedia Pustaka Utama.
4. Situs resmi BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila), [www.bpip.go.id](https://www.bpip.go.id)









