Scroll ke bawah untuk membaca
Example floating
Example floating
Diskusi PublikLiterasi - Wawasan

Perluas Wawasan Santri, Pesantren Luhur Gelar Forum Ilmiah Bersama Pakar

85
×

Perluas Wawasan Santri, Pesantren Luhur Gelar Forum Ilmiah Bersama Pakar

Sebarkan artikel ini

Meningkatkan Kecerdasan Emosional dan Intelektual Gen-Z di Era Transformasi Digital Melalui Pendekatan Neuroscience

WartaPress, Kota Malang – Lembaga Tinggi Pesantren Luhur (LTPL) Malang menggelar acara Halaqoh Kubro dengan tema “Treatment Untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional dan Intelektual Gen-Z di Era Transformasi Digital Melalui Pendekatan Neuroscience” pada Sabtu, (7/12/2024).

Halaqoh Kubro adalah forum ilmiah dimana didalamnya dihadirkan pemateri yang ahli dibidangnya untuk memberikan pemahaman lebih mengenai tema yang diangkat. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Halaqoh Fair 4, program tahunan LTPL Malang yang bertujuan untuk memperluas wawasan santri di bidang ilmu pengetahuan dan spiritualitas.

Acara dimulai dengan pembukaan oleh Master of Ceremony (MC) yang memandu jalannya kegiatan secara tertib. Selanjutnya, sambutan disampaikan oleh Ketua Majelis Santri, Diyan Prasetyo, yang mengucapkan terima kasih atas dukungan seluruh pihak dalam menyukseskan acara ini. Beliau juga memberikan gambaran singkat tentang tujuan Halaqoh Kubro, yaitu untuk mendorong santri agar lebih mengenali potensi diri dan mengembangkan kecerdasan emosional sebagai bekal masa depan. Sambutan berikutnya disampaikan oleh Dr. Kyai. Busro Karim, S. Hum., M.Pd.I., perwakilan dari Dewan Kyai & Asatidz, yang menyampaikan pesan inspiratif tentang pentingnya ilmu sebagai alat untuk mengenal diri dan memperbaiki amal.

Baca Juga:  Relevansi "Feng Shui" di Era 4.0 dan Society 5.0

Sesi inti dari Halaqoh Kubro diisi oleh narasumber Dr. Roslan Yusni Al Imam Hasan, Sp.Bs., dokter spesialis bedah saraf yang juga merupakan seorang ahli dalam hal pengembangan potensi manusia dan kecerdasan emosional dari perspektif neuroscience. Dalam paparannya, beliau menjelaskan tentang pentingnya memahami keseimbangan antara ilmu pengetahuan ilmiah dan non-ilmiah. Pengetahuan ilmiah berakar pada fakta yang dapat diobservasi dan diverifikasi, sementara pengetahuan non-ilmiah membantu menjawab pertanyaan yang tidak dapat dijelaskan secara empiris, namun tetap relevan dalam kehidupan manusia.

Dr. Roslan juga menyoroti peran bahasa dalam membangun kerja sama manusia, yang sekaligus menjadi langkah awal dalam perkembangan kognitif dan kemampuan mengarang narasi. Beliau menambahkan bahwa kecerdasan emosional yang melibatkan kemampuan memahami dan mengelola emosi dapat dikembangkan melalui empati, introspeksi, dan latihan sosial yang berkesinambungan. Kecerdasan emosional mempengaruhi bagaimana cara individu untuk menjadi cerdas dalam hidup. Dari kecerdasan emosional menghasilkan social skill–salah satu variabel utamanya adalah mengembangkan empati.

Baca Juga:  Kelas Jurnal Ayaskara di Kedai Sobi: Lahirkan Penulis Ilmiah Muda Berpotensi

Kecerdasan emosional bukan tentang menilai atau mengukur orang lain, melainkan tentang memahami dan mengelola emosi diri sendiri. Hal ini mencakup kemampuan untuk mengenali emosi, mengendalikannya, dan mengambil keputusan yang bijaksana berdasarkan pemahaman tersebut. Inti dari kecerdasan emosional terletak pada bagaimana seseorang memperbaiki dan mengontrol dirinya sendiri, sehingga fokusnya lebih pada pengembangan pribadi daripada bergantung pada faktor eksternal. Dengan kemampuan ini, seseorang dapat lebih bijaksana dalam menghadapi tekanan, termasuk tekanan yang timbul saat melakukan banyak hal sekaligus, seperti multitasking.

LTPL Malang rutin menyelenggarakan diskusi dan kajian ilmiah yang berhubungan dengan IPTEK untuk memperkaya wawasan santri / ist

Multitasking sering dianggap sebagai cara untuk meningkatkan produktivitas, tetapi kenyataannya sering kali menjadi kontraproduktif karena perhatian yang terbagi dapat menurunkan efisiensi. Sebagai contoh, pendekatan multitasking dalam produksi mungkin hanya menghasilkan 30 peniti dalam waktu tertentu, sementara pendekatan kolaboratif dengan pembagian tugas yang jelas mampu meningkatkan hasil hingga 300 peniti. Ini menggambarkan bagaimana fokus pada tugas spesifik dengan kerja sama tim yang terstruktur dapat menghasilkan hasil yang jauh lebih optimal dibandingkan upaya multitasking individu. Dalam konteks ini, kecerdasan emosional membantu individu menyadari keterbatasannya dan mengambil pendekatan yang lebih strategis untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Baca Juga:  Relief di Candi Penataran Ungkap Alat Penerang Malam Abad 14

Sesi Interaktif dan Penutupan

Sesi ini diakhiri dengan diskusi interaktif yang dipandu oleh moderator. Para peserta, terutama para santri, menunjukkan antusiasme tinggi dengan mengajukan pertanyaan kritis terkait materi yang disampaikan. Diskusi ini tidak hanya memperkaya pemahaman peserta, tetapi juga memberikan ruang bagi narasumber untuk menjelaskan konsep secara lebih mendalam dan aplikatif.

Acara ditutup pada pukul 12.30 dengan doa bersama, dilanjutkan dengan pemberian cinderamata kepada narasumber sebagai tanda penghormatan. Dokumentasi bersama seluruh peserta dan panitia menjadi penutup kegiatan yang penuh kesan positif.

Melalui Halaqoh Kubro ini, para santri diharapkan dapat mengenali potensi diri mereka dengan lebih baik dan memahami langkah yang tepat untuk pengembangan pribadi. Semangat yang ditunjukkan oleh para peserta menjadi bukti nyata bahwa kegiatan ini memberikan dampak positif dalam mendorong santri generasi Z untuk menjadi individu yang berprestasi dan bermakna. ***

Sumber: Dept. Penelitian dan Pengembangan LTPL / pesantrenluhur.or.id

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *