Uang cash baru ketelan ATM tak dipindai mesin, prosedur pelaporan via call center premium dinilai ribet dan merugikan
WartaPressCom, DKI Jakarta – Kejadian tidak menyenangkan dialami Ketua Umum DPP KNPI Haris Pertama, S.H, saat melakukan setoran tunai pada ATM sebuah bank plat merah di Jakarta. Sebagai nasabah ia menyetor tunai masing-masing Rp 10 juta di dua ATM yang berdampingan. Uangnya kesedot, tapi anehnya data saldo tidak bertambah. Uang cashnya tidak bisa diambil lagi saat itu, kecuali harus melewati prosedur pengaduan yang lumayan panjang.
Setelah mesin ATM Bank Mandiri daerah Cikini Jakarta ini gagal memindai uang yang disetornya, sehingga saldo tidak bertambah, Haris merasa dirugikan, terutama waktu untuk menyelesaikan masalah ini.
Haris menyampaikan hal tersebut kepada WartaPress.Com usai kejadian uang yang tertelan di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Bank Mandiri KCP Cikini Jl. Cikini Raya No. 56, Jakarta Pusat, Minggu Malam, pukul 22:18 WIB (7/5).
Haris menyesalkan kejadian setoran tunai uangnya yang akan dipergunakan untuk transfer gaji pegawai tertelan di ATM Bank Mandiri. Hal ini juga diposting di akun twitter centang birunya @knpiharis, di Tiktok hingga akhirnya masuk dalam pemberitaan media massa online.
“Ini bikin malu perusahaan BUMN, vendor ATM dan Direksi Bank Mandiri harus bertanggungjawab, kenapa bisa terjadi uang setor tunai tertelan di mesin ATM dan Saldo tidak bertambah,” ujar Haris, Minggu malam usai kejadian.
Katanya, kejadian seperti itu bisa jadi bukan hal pertama dan dia bukan satu-satunya, masih banyak keluhan pelayanan yang merugikan masyarakat lantaran pihak bank tidak profesional dan fasilitas tidak memadai.
Jika benar ATM Mandiri Cikini tidak mampu mendeteksi jenis uang baru yang masuk, maka teknologi yang digunakan bank milik negara ini sungguh ketinggalan zaman atau jadul. Sehingga, kasus “jadulnya” mesin ATM yang gagal memindai uang masuk pasti mengganggu waktu dan kepentingan nasabah.
“Masyarakat sebagai customer sangat dirugikan atas kejadian ini, apalagi proses klaim pengembalian uang tertelan tersebut cukup lama, lah jika uangnya mau digunakan untuk berobat, bayar biaya sekolah dan kebutuhan lainya bagaimana ini?”, tanya Haris menyayangkan kejadian yang menyita waktunya ini.
Ketua Umum DPP KNPI dua periode ini juga menyayangkan rendahnya kualitas pelayanan Bank Mandiri, khususnya pada perangkat teknologi di ATM dan sistem penyelesaiannya, padahal bank tersebut sebagai Bank plat merah.
“Misal pelayanan Call center Bank Mandiri 14000 kenapa berbayar, seharusnya Bank Mandiri sebagai Bank BUMN atau plat merah dapat menjadi Bank pemerintah yang memberikan pelayanan prima termasuk menggratiskan layanan call center tersebut, terlebih orang yang menghubungi Call Center pastinya cenderung sebagai orang yang sedang mengalami musibah, masak toilet saja gratis kok ini berbayar” Jelas Haris.
Haris mengharapkan Menteri BUMN RI Erick Tohir mengevaluasi jajaran Bank Mandiri. Jika diperlukan mencopot para pimpinannya, dari KCP hingga Pusat, yang dinilai gagal mewujudkan pelayanan prima kepada nasabah yang tak lain adalah masyarakat yang ikut memiliki bank – bank negara.
“Kami mendesak Menteri BUMN Erick Thohir mengevaluasi dan mencopot Dirut Bank Mandiri dan Kepala Kantor Cabang Mandiri KCP Cikini, sebagai pembelajaran dan evaluasi perbaikan manajemen Bank plat merah tersebut,” tandas Haris.
Pasca kejadian ini, pelayanan bank Mandiri semakin menjadi pembahasan luas, khususnya di kalangan pemuda dan KNPI Pusat. Hampir semua menyayangkan kejadian ini, dan mendukung Haris menindaklanjutinya, misalnya dengan mengadukan pimpinan Bank Mandiri ke Meneg BUMN. Tujuannya untuk menjadi bahan evaluasi dan perbaikan pelayanan – fasilitas serta sistem di salah satu bank negeri terbesar di Indonesia ini. (Aak/lam/wp). **