WartaPress – Pekerjaan nelayan air tawar telah dikenal pada masa Jawa Kuno. Hal ini diungkap M. Dwi Cahyono, sejarahwan asal Malang, dalam laman media sosialnya pada Senin (2/9). Dwi menjelaskan berdasarkan berbagai relief dan dokumen sejarah lama.
“Pada dua panil relief yang tertayang ini, yakni relief “Mahakarnawibhangga” di teras I Candi Borobudur (paroh pertama abad IX M) terlihat adanya aktifitas penangkapan ikan (fishing) di perairan sungai dan di empang ikan. Perangkat tangkap iwak kali yang dibundian antara lain berbebtuj bubu (bahasa Jawa Baru “wuwu”), sedangkan untuk perairan empang digunakan petangkat jala. Pekerjaan kenelayanan darat ini telah diusahakan sememjak amat lama di Jawa, mulai pada Zaman Prasejarah, masa Hindu- Buddha, dan.berpanjut terus hingga kini,” ungkap Dwi yang juga arkeolog nusantara ini. Ia menayangkan gambar dari sebuah relief.
Menurut Dwi Cahyono, ikan yang dimanfaatkan sebagai lauk pada santap makan tidak hanya sebatas pada iwak laut, namun juga iwak loh. Bahkan ada beragam menu dalam pengolahan iwak loh di Jawa. Selain digoreng, dipanggang atapun direbus, ada juga yang diolah dengan cara dipepes, dibothok, disambel goreng, dilodho, dsb.
“Demikianlah, iwak loh adalah fauna air tawar yang telah sejak amat lama ditangkap dan diolah menjadi lauk yang diminati oleh khalayak luas. Dua panil relief itu menjadi sebagian pembukti tentang adanya pencaharian hidup kerakyatan yang berupa penangkapan ikan air tawar (iwak loh),” ungkapnya. (Red2/wp). **